Saturday, December 8, 2012

5 Orang yang Selamat dari Kekejaman Nazi

Salah satu negara yang melalukan kekejaman paling fenomenal di masa lalu  adalah Jerman yang dimotori oleh Nazi. Tanpa menunggu waktu tentara Nazi melakukan pembantaian besar-besaran di setiap wilayah yang mereka kuasai dan taklukkan. Sasaran utama mereka tentu saja kaum Yahudi yang dianggap sebagai duri dalam daging. Hitler dan orang Jerman saat itu berpandangan Yahudi sebagai musuh yang berbahaya bagi negara. Oleh karena itu, secara sistematis tentara Nazi melakukan pembersihan kaum Yahudi. Selain membunuh orang-orang Yahudi, satuan SS Nazi juga menyasar kaum Gipsi, bangsa Arya.
Namun meski Nazi telah merancang sebuah operasi besar-besaran yang terancang rapi dan sistematis dalam pembersihan kaum semit, di antaranya dengan membangun Kamp Auschwitz, kamp konsentrasi yang terkenal sebagai lading pembantaian, tetapi tetap ada beberapa orang Yahudi yang berhasil meloloskan diri dan selamat dari pembantaian. Kisah mereka yang berhasil lari dari lading pembantaian itu tentu saja menarik untuk dibahas. Berikut 5 orang yang berhasil lolos dan melarikan diri dari kekejaman Nazi.

1. Bielski Bersaudara

Film berjudul Defiance yang dibintangi oleh Daniel Craig, Live Schreiber, Jamie Bell, dan George Mackay tersebut diadaptasi dari buku karangan Nechama Tec yang merupakan kisah nyata kakak beradik, Tuvia, Zus, dan Asael.
Setelah istri, anak-anak, dan orangtua mereja dibunuh Nazi, ketiga bersaudara ini melarikan diri ke hutan. Mereka bergabung dengan sekelompok kecil Yahudi yang juga tengah menghindari kejaran Nazi. Mereka kemudian bertahan hidup di hutan dan membangun perkampungan di sana. Yang digambarkan sebagai satu-satunya tempat di Belarus, di mana orang Yahudi bisa bebas.
Kakak beradik ini dengan sukarela menerima warga Yahudi lain yang ingin bergabung dengan mereka, sehingga secara perlahan perkampungan kecil yang mereka dirikan menjadi besar. Kakak beradik Bielski berhasil menyelamatkan 1.200 warga Yahudi di belantara Belarus. Orang tua, perempuan, dan anak-anak mereka tampung di sana.
Di sanalah kelompok yang dipimpin Tuvia ini bertahan hidup dari buruan Nazi dan melakukan gerakan perlawanan. Selain itu, mereka pun harus berjuang agar terhindar dari kelaparan dan serangan cuaca dingin.

2. Otto dan Anne Frank

Kisah berikutnya dari orang yang berhasil meloloskan diri daru cengkeraman Nazi adalah Otto Heinrich Frank. Seorang Yahudi kelahiran Jerman. Lelaki ini berhasil selamat dari Kamp Konsentrasi Nazi dalam perang dunia ke dua, tetapi keluarganya tidak. Lelaki ini terkenal setelah menerbitkan catatan harian anaknya, Anne Frank, semasa pendudukan Nazi.
Ketika perang meletus dan pasukan Nazi mulai bergerak menangkapi orang-orang Yahudi, Frank yang memiliki usaha makanan di Belanda, memutuskan untuk bersembunyi dengan istri dan kedua anaknya, Margoth Frank dan Annelies Marie Frank, di sebuah gudang.
Ruang tersebut ditutupi rak buku yang sekaligus sebagai pintu utama ruangan tersebut. Selama dua tahun dalam persembunyian, asupan makanan keluarga itu dibantu oleh Piem, karyawan kepercayaan Otto. Namun, tempat persembunyian Otto dan keluarganya tercium Nazi akibat penghianatan pengawas baru perusahaan Otto. Selama dalam persembunyian, anak perempuan Otto, Annelies Marie Frank menuliskan segala kekejaman Nazi dalam buku hariannya.
Frank sekeluarga dan empat temannya akhirnya tertangkap. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Amsterdam, sebelum akhirnya dikirim ke kamp tawanan paling menakutkan pada perang dunia kedua, Auschwitz, di Polandia. Di sini Otto dipisahkan dengan keluarganya. Setelah sekian lama ditahan, pada 27 Januari 1945, Otto dibebaskan oleh pasukan Uni Soviet. Ia kemudian mencari dan menelusuri keberadaan keluarganya hingga ke negeri kincir angin, Belanda, tempat persembunyianya dulu. Namun, Otto Frank harus menerima kenyataan pahit, semua anggota keluarganya tewas dan hanya dirinyalah satu-satunya yang berhasil selamat. Ia kemudian mendapatkan kembali catatan harian Anne Frank dari orang kepercayaannya dulu, Piem. Buku tersebut menceritakan kehidupan Anne Frank dari 12 Juni 1942 hingga catatan terakhir pada 1 Agustus 1944.
Karena yakin akan uniknya catatan tersebut, Otto berusaha mempublikasikannya. Sesuai perkiraan Otto, buku tersebut sangat laris. Akhirnya buku harian itu diterjemahkan dari bahasa Belanda ke berbagai bahasa dan menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Beberapa produksi teater dan film juga mengangkat tema diari ini. Buku harian yang digambarkan  sebagai karya yang dewasa dan berwawasn ini menyodorkan potret kehidupan sehari-hari yang mendalam di bawah pendudukan Nazi. Melalui tulisannya, Anne Frank menjadi salah satu korban Holocaust yang paling banyak dibicarakan.

3. Muslimah yang Menjadi Saksi Kekejaman Nazi

Sebuah rahasia yang disimpam rapat Leila Jabarin akhirnya terungkap juga kepada anak cucunya. Setelah lebih dari lima dekade, Leila Jabarin akhirnya menceritakan pengalamannya pada masa perang dunia kedua. Ia adalah korban yang selamat dari pembantaian Nazi Jerman di Kamp Konsentrasi Auschwitz. Keluarganya memang tahu ia adalah seorang mualaf keturunan Yahudi, tetapi tidak ada yang tahu Leila pernah merasakan kekejaman kaum Nazi.

Leila menceritakan asal-usulnya berikut dengan penderitaan yang dialaminya selama dalam kamp konsentrasi. Wanita yang memiliki nama Ibrani Lea ini menuturkan, saat berusia 6 tahun ia menetap di Palestina, hanya beberapa bulan seblum negara Yahudi Israel dideklarasikan pada Mei 1948.
Sebelum memutuskan pindah ke Palestina, Leila bersama keluarganya menetap di Austwizt. Ibu Leila bekerja sebagai pembantu di rumah seorang dokter, sedangkan ayahnya adalah tukang kebun. Menurutnya, ia lahir di sana dan disembunyikan dokter Kristen dengan handuk. Dokter itu pula yang menyelamatkan keluarganya selama tiga tahun di bawah lantai rumah dalam kamp.
Leila mengungkapkan, tentara Nazi Jerman sering berulangkali memeriksa rumah dokter tempat Leila dan keluarga tinggal. Ia pun menyaksikan bagaimana Nazi membunuh anak-anak. Beruntung, berulang kali dokter ini menyelamatkan Leila dan keluarganya. Ia ingat betul, Ibunya memberi makan roti kering yang direndam dalam air garam.
Menurut Leila, selama dalam tahanan, ia mengenakan piyama bergaris hitam dan putih. Ia pun ingat bagaimana mereka melakukan pemukulan di kamp. Jika aku cukup sehat, aku akan kembali melihatnya, tetapi aku takut lantaran sudah empat kali mengalami serangan jantung. Leila mengaku kesulitan mengingat bagaimana begitu banyak orang menderita. Oleh karena itu, sulit bagi dirinya untuk menceritakan kisah pilu kepada keluarga.
Pada 1945, Leila dan keluarganya dibebaskan. Mereka kemudian pindah ke Palestina. Sepuluh tahun kemudian, Leila menikah dengan pria Arab bernama Ahmed Jabarin dan ikut suami untuk menerap di Umm Al-Fahm.

4. Ben Helfgott

Sebelum perang dunia kedua, keluarga Helfgott memiliki hidup yang bahagia di sebuah kota kecil di perbatasan Polandia, Piotrkow. Saat masih kecil, Ben terkenal di antara teman-temannya dan menunjukkan bakat menjadi seorang pemimpin.
Namun, kebahagiaan itu berakhir ketika pada bulan September 1939, Nazi menyerbu Polandia. Ketika itulah, Ben yang baru berusia 10 tahun menyaksikan kekejaman pasukan Nazi dalam melakukan pembunuhan, teror, dan berbagai kekerasan lainnya.
Sebulam kemudian, Nazi Hitler menggiring orang Yahudi ke dalam Ghetto pertama di Eropa yang diduduki. Ben bekerja di pabrik kaca pada bulan Agustus 1942 saat berusia 12 tahun. Ia kemudian mengingat ada rumor bahwa jika seseorang memiliki pekerjaan membantu upaya perang ketiga akan diusir.
Ben Helfgott dikirim ke kamp kerja paksa, tetapi secara ajaib dia selamat. Dia lemah dan kurus ketika dibebaskan dari Kamp Buechenwald pada akhir perang pada tahun 1945, waktu itu usianya sudah 15 tahun. Bersama dengan beberapa ratusan anak muda dia dikirim ke Inggris. Helfgott selamat dari Kamp Konsentrasi Buchenwald, sebelum kemudian menetap di Inggris dan memberi prestasi bag Inggris sebagai atlet angkat besi pada Olimpiade 1956 dan 1960.

5. Alex Kurzem

Kisah berikutnya yang lolos dari Nazi adalah kisah Alex Kurzem. Orangtua Alex, Salomo Galperin dan Chana Gildenberg merupakan orang Yahudi. Ketika tentara Nazi menyerbu desanya, Alex berhasil menyelinap dan berlari ke atas bukit. Ia kemudian bersembunyi di hutan. Dari tempat persembunyiannya, Alex menyaksikan ibu, saudara-saudaranya, dan warga desa dibantai tentara Nazi. Hari itu, 21 Oktober 1941, tercatat 1.600 orang warga Koidanov atau yang sekarang disebut Dzyarzhynsk, Belarus, tewas diujung senapan kaum Nazi.
Berminggu-minggu setelah itu, Alex hidup di hutan dalam keadaan kekurangan makanan. Dia kemudian ditemukan Jekabs Kulis, seorang sersan dari Batalion SS Latvia yang mengadopsinya sebagai Maskot Batalion. Tentara Latvia dan Jerman mengenalnya sebagai seorang yatim piatu Rusia yang telah kehilangan orangtuanya di hutan.
Semasa kecil, Kuzem muncul di media propaganda Nazi sebagai mascot Arya. Kurzem mengatakan bahwa pada satu kesempatan komandannya, Karlis Lobe, memerintahkannya membagikan coklat untuk orang-orang Yahudi lain, untuk menenangkan mereka saat naik truk untuk dibasmi. Pada tahun 1944, ketika tentara Nazi semakin terdesak di berbagai front dan kekelahan Jerman tinggal menunggu waktu, komandan unit SS Latvia mengirim Kurzem untuk tinggal bersama keluarga Latvia.
Seusai perang, Alex bermigrasi ke Australia dan bekerja di tempat sirkus, sebelum beralih profesi menjadi mekanik televisi. Kish hidup Alex Kurzem dituangkan anaknya, Mark ke dalam film dokumenter dan buku. Meski demikian, ada pula pihak-pihak yang meragukan kisah cerita Kurzem dan meminta dilakukan investigasi untuk menguak kebenaran kisahnya.
Sementara itu, ayah Alex, Solomon Galperin lolos dari pembantaian dan bergabung dengan sekelompok partisan Rusia. Ia ditangkap dan dikirim ke Kamp Auschwitz, Galperin kembali ke kampung halamannya di Dzyarzhynsk setelah perang dan menikah lagi. Hingga akhir hayatnya pada tahun 1975, Galperin tidak pernah mengetahui salah seorang anaknya selamat.

No comments:

Post a Comment